Rabu, 18 Desember 2013

makalah farmakologi

18 desember 2013
KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “ Penyakit Stroke”.
Makalah ini berisikan tentang informasi tentang penyakit stroke, dimana terdapat jenis-jenis stroke, apa yang menjadi penyebab, cara menangani dan beberapa tips menghindari stroke.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.




                                                                                    Pangkalpinang 15 november 2013


                                                                                                             penulis






PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang Masalah

Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, begitu pepatah mengatakan. Tubuh manusia sama halnya dengan fisik, yang bisa terlihat oleh mata. Tubuh sangat penting untuk melakukan sesuatu yang bersifat nyata seperti melakukan aktivitas sehari-hari. Dengan tubuh yang sehat, manusia bisa melakukan semua kegiatan atau hal yang diinginkannya. Namun tubuh juga tidak selalu sehat, dimana ada saat tubuh itu lemah, membutuhkan energi yang cukup, berhenti melakukan aktivitas seperti istirahat atau tidur. Kita sebaiknya menjaga tubuh agar tetap seimbang, mampu membagi waktu agar tidak memaksakan tubuh untuk selalu beraktivitas. Jika tidak bisa menjaganya dengan baik, tubuh akan mudah terkena dampak dari luar yang tidak kita ketahui penyebab sebelumnya dan akhirnya dapat menimbulkan sakit.
Perlu kita ketahui, tubuh yang terlihat sehat, tidak selalu di dalamnya sehat juga, ada faktor-faktor yang menyebabkan tubuh itu terdapat sesuatu yang mebuat kita merasa tidak nyaman, merasa sakit dan kita tidak menginginkannya itu terjadi yang dinamakan penyakit. Penyakit di dalam tubuh manusia bermacam-macam dan ada faktor yang menyebabkan penyakit itu ada seperti daya tahan tubuh itu sendiri, tubuh tidak mampu menahan atau menolak biologis dari luar yang tidak diinginkan oleh tubuh, ada juga faktor lain yaitu faktor genetika atau keturunan, misalnya jika ada seseorang yang terkena penyakit stroke kemungkinan besar keturunan anak atau cucunya bisa terkena penyakit stroke juga.
Pada penyakit stroke ini banyak faktor yang menyebabkan terbentuknya penyakit stroke selain faktor keturunan, yaitu akibat pola dan gaya hidup yang tidak sehat, seperti halnya merokok, makan yang berlebihan yang dapat menimbulkan obesitas atau kegemukan, makan atau minum yang gulanya tidak terkendali menyebabkan penyakit diabetes atau yang disebut kencing manis juga ada faktor emosional yang dapat menyebabkan hipertensi yang menjadi salah satu penyebab penyakit stroke.
Dengan berbagai faktor yang menyebabkan penyakit stroke itu ada, kita tidak perlu cemas, karena dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju kita dapat mengetahui bagaimana cara mencegah penyakit tersebut dan cara menangani jika sudah terkena dampak dari penyakit  tersebut .

B.     Tujuan

1.      Untuk mengetahui apa itu penyakit Stroke
2.      Untuk mengetahui epidemiologi penyakit stroke
3.      Untuk mengetahui patofisiologi penyakit stroke
4.      Untuk mengetahui penatalaksanaan terapi stroke

PEMBAHASAN


A.    Definisi stroke

Stroke atau sering disebut juga dengan ”cerebrovasculer accident” adalah gejala kelainan neurologi akibat dari penyakit pembuluh darah otak. Stroke adalah penyakit otak yang paling destruktif dengan konsekuensi berat, termasuk beban psikologis, fisik, dan keuangan yang besar pada pasien, keluarga, dan masyarakat. Pada kenyataannya, banyak orang yang lebih takut akan menjadi cacat oleh stroke dibanding dengan kematian itu sendiri. Jika tidak ada metode-metode pencegahan yang ada sekarang, jumlah stroke dan korban stroke akan tumbuh pesat dalam beberapa dekade mendatang(Feigin 2006).
Stroke dahulu dianggap sebagai penyakit yang tidak dapat diduga yang dapat terjadi pada siapa saja, dan sekali terjadi tidak ada lagi tindakan efektif yang dapat dilakukan untuk mengatasinya. Namun, data-data ilmiah terakhir secara meyakinkan telah membuktikan hal yang sebaliknya. Selama dekade terakhir telah terjadi kemajuan besar dalam pemahaman mengenai faktor risiko, pencegahan, pengobatan dan rehabilitasi stroke. Kita sekarang mengetahui bahwa stroke dapat diperkirakan dan dapat dicegah pada hampir 85% orang. Juga terdapat terapi efektif yang dapat secara substansial memperbaiki hasil akhir stroke. Pada kenyatannya, sekitar sepertiga pasien stroke sekarang dapat pulih sempurna, dan proporsi ini dapat meningkat jika pasien selalu mendapat terapi darurat dan rehabilitasi yang memadai(Feigin, 2006).
Kata ”stroke” sebenarnya merupakan istilah Inggris yang berarti ”pukulan”, tapi makna kedokterannya ternyata dikenal secara luas di kalangan kedokteran Internasional. Stroke digunakan untuk menamakan sindrom ”hemiparesis” atau ”hemiparalisis” akibat lesi vaskuler yang bisa bangkit dalam beberapa detik sampai hari, tergantung pada jenis penyakit yang menjadi penyebabnya. Di mana daerah otak yang tidak berfungsi lagi, bisa disebabkan karena secara tiba-tiba tidak menerima jatah darah lagi karena pembuluh darah yang memperdarahi daerah itu putus atau tersumbat. Penyumbatan itu bisa terjadi secara mendadak, secara berangsur-angsur ataupun tiba-tiba namun berlangsung hanya sementara (Mardjono, 1989).
Stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf/defisit neurologik akibat gangguan aliran darah pada salah satu bagian otak. Secara sederhana stroke didefinisikan sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan atau perdarahan, dengan gejala lemas/lumpuh sesaat, atau gejala berat sampai hilangnya kesadaran, dan kematian. Stroke bisa berupa iskemik maupun perdarahan (hemoragik)(Junaidi,2004).
Pada stroke iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerotik atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah melalui proses aterosklerosis. Sedang pada stroke perdarahan (hemoragik) pembuluh darah pecah menjadi tidak normal dan darah yang keluar merembes masuk ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya (Junaidi, 2006).
Menurut WHO, stroke adalah tanda-tanda klinis mengenai gangguan fungsi serebral secara fokal ataupun global, yang berkembang dengan cepat, dengan gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, atau mengarah ke kematian tanpa penyebab yang kelihatan, selain tanda-tanda yang berkenaan dengan aliran darah di otak.Menurut Junaidi, stroke adalah penyakit gangguan fungsional otak akut, fokal maupun global, akibat gangguan aliran darah ke otak karena perdarahan ataupun sumbatan dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau berakibat kematian.

B.     Epidemiologi

Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau perempuan, tua atau muda. Diperkirakan satu sampai tiga orang akan mengalami stroke dan satu dari tujuh orang meninggal karena stroke.              
 Insiden stroke timbul bervariasi, tergantung tempat atau negara, waktu, serta penderitanya. Insiden stroke di negara berkembang masih meningkat sedangkan di negara maju cenderung menurun. Penurunan ini mungkin disebabkan karena manajemen hipertensi, penyakit jantung dan penyakit metabolik di negara maju telah makin baik. Memang sebagian besar dari kasus stroke dapat diakatakan merupakan bukti kegagalan pengobatan hipertensi, penyakit jantung, dan penyakit metabolik.     
          Insiden stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Setelah umur 55 tahun risiko stroke iskemik meningkat 2 kali lipat tiap dekade. Menurut Schutz penderita yang berumur antara 70-79 tahun banyak menderita perdarahan intrakranial (Junaidi, 2004).  Laki-laki cenderung untuk terkena stroke lebih tinggi dibandingkan wanita, dengan perbandingan 1,3 : 1, kecuali pada usia lanjut laki-laki dan wanita hampir tidak berbeda. Laki-laki yang berumur 45 tahun bila bertahan hidup sampai 85 tahun kemungkinan terkena stroke 25%, sedangkan risiko bagi wanita hanya 20%. Pada laki-laki cenderung terkena stroke iskemik, sedangkan wanita lebih sering menderita perdarahan subarachnoid dan kematiannya 2 kali lebih tinggi dibandingkan wanita (Junaidi, 2004). 
Sampai sekarang faktor keturunan masih belum dapat dipastikan gen mana penentu terjadinya stroke, menurut Brass dkk., yang meneliti lebih dari 1200 kasus kembar monozygot dibandingkan 1100 kasus kembar dizygot, berbeda bermakna antara 17,7% dan 3,6%. Jenis stroke bawaan adalah cerebral autosomal dominat arteriopathy dengan infark subkortikal dan leukoenselopati (CADASIL) telah diketahui lokasi gennya pada kromosom 19Q12 (Junaidi, 2004).
Tingkat kejadian stroke di seluruh dunia tertinggi dialami oleh orang Jepang dan Cina, menurut Broderick dkk., melaporkan orang negro Amerika cenderung berisiko 1,4 kali lebih besar mengalami stroke perdarahan intrakranial, sedang orang kulit putih cenderung terkena stroke iskemik, akibat sumbatan ekstrakranial yang lebih banyak (Junaidi, 2004). 




C.     Patofisiologi

a.       Klasifikasi

1.     Stroke non hemoragik
Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak.
 Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologist fokal. Perdarahan otak dapat ddisebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli.
2.     Stroke hemoragik
Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian.
 Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.

b.      Penyebab Stroke
Seperti yang sudah disinggung di atas, stroke terjadi karena adanya penghambatan atau penyumbatan aliran sel-sel darah merah yang menuju ke jaringan otak, sehingga pembuluh darah otak menjadi tersumbat (ischemic stroke) atau pecah (haemorhagic stroke). Secara sederhana, stroke terjadi jika aliran darah ke otak terputus. Otak kita sangat tergantung pada pasokan darah yang berkesinambungan, yang di alirkan oleh arteri(pembuluh nadi).
Asupan oksigen dan nutrisi akan dibawa oleh darah yang mengalir dalam pembuluh-pembuluh darah menuju sel-sel otak. Apabila aliran darah atau aliran oksigen dan nutrisi itu terhambat selama beberapa menit saja, maka dapat terjadi stroke. Penyempitan pembuluh darah menuju sel-sel otak menyebabkan aliran darah dan asupan nutrisi ke otak akan berkurang. Selain itu, endapan zat-zat lemak tersebut dapat terlepas dalam bentuk gumpalan-gumpalan kecil  yang suatu saat dapat menyumbat aliran darah ke otak sehingga sel-sel otak kekurangan oksigen dan nutrisi. Itulah yang menjadi penyebab mendasar bagi terciptanya stroke.
Selain itu, hipertensi juga dapat menyebabkan tekanan yang lebih besar pada dinding pembuluh darah sehingga dinding pembuluh darah sehingga dinding pembuluh darah menjadi lemah dan pembuluh darah akan mudah pecah. Haemorhagic stroke dapat juga terjadi pada mereka  yang     tidak    pada    penderita .                                                                                                                                                                                                                                                      
Pada kasus seperti itu, biasanya pembuluh darah akan pecah akibat lonjakan tekanan darah yang secara tiba-tiba, misalnya karena konsumsi makanan ataupun faktor emosional.
Pecahnya pembuluh darah di otak dapat menyebabkan sel-sel otak yang seharusnya mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi yang dibawa melalui pembuluh darah tersebut menjadi kekurangan  nutrisi dan akhirnya mati.
 Darah yang keluar dari pembuluh darah yang pecah juga dapat merusak sel-sel otak yang berada disekitarnya. Walaupun terjadinya lebih jarang dibandingkan dengan ischemic stroke, yaitu hanya sekitar 20% dari total kasus stroke, namun haemorrhagic stroke memiliki tingkat bahaya yang lebih serius dibandingkan dengan ischemic stroke.
Namun, stroke juga bisa disebabkan turunan atau diturunkan secara genetik, dan itu berarti bisa diwariskan kepada generasi berikutnya. Denagn demikian, ada kemungkinan seseorang yang terkena penyakit stroke akan meningkat jika ada kakak atau adik yang menderita penyakit yang disebabkan oleh sumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak itu.
Ahli syaraf di Lampung, dr. Ruth Mariva, Sp.S, menjelaskan bahwa penyakit stroke dapat diturunkan secara genetik melelui “autosomal dominan” akibat mutasi gen pada kromosom 19 yang dikenal dengan penyakit CADASIL(Cerebral Autosomal Arteriopathy with Subcortical Infarcts and Leukoencephalopathy). Menurutnya, kelainan terjadi pada dinding pembuluh darah kecil, terutama di otak yang sudah terjadi sejak usia dewasa.
     
c.           Jenis Stroke
Stroke dibagi menjadi dua jenis, yaitu stroke iskemik (ischemic stroke) maupun stroke hemorhagik (haemorrhagic stroke). Pada stroke iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis (penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak.Hampir sebagian pasien atau sekitar 83% mengalami stroke jenis ini.
Pada stroke hemorhagik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan kemudian merusaknya. Hampir 70% kasus stroke hemorrhagik terjadi pada penderita hipertensi.
                                                                                                                                                                                                                                                              
Pada stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak di suplai oleh dua arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang dari lengkung aorta jantung.
Suatu ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk di dalam pembuluh darah arteri karotis sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah. Keadaan ini saagat serius karena setia pembuluh darah arteri karotis dalam keadaan normal memberikan darah ke sebagian besar otak. Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir di dalam darah, kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil.
Pembuluh darah arteri karotis dan arteri vertebralis beserta pencabangannya bisa juga tersumbat karena adanya bekuan darah yang berasal dari tempat lain, misalnya dari jantung atau satu katupnya. Stroke semacam ini disebut emboli serebral (emboli= sumbatan, serebral= pembuluh darah otak) yang paling sering terjadi pada penderita yang baru menjalani pembedahan jantung dan penderita kelainan katup jantung atau gangguan irama jantung (terutama fibrilasi atrium).
Emboli lemak jarang menyebabkan stroke. Emboli lemak terbentuk jika lemak dari sumsum tulang yang pecah dilepaskan ke dalam aliran darah dan akhirnya bergabung di dalam sebuah arteri.
Stroke juga bisa terjadi bila suatu peradangan atau infeksi menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang menuju ke otak. Obat-obatan (misalnya kokain dan infetamin) juga bisa mempersempit pembuluh darah di otak dan menyebabkan stroke.
Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak, yang biasanya menyebabkan seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi jika tekanan darah rendahnya sangat berat dan menahun. Hal ini terjadi jika seseorang mengalami kehilangan darah yang banyak karena cedera atau peembedahan, serangan jantung, atau irama jantung yang abnormal.
Untuk lebih jelasnya, berikut berbagai jenis stroke, yang biasa terjadi pada orang dewasa :
         Thrombotic Stroke, yang terjadi bila ada bekuan darah (thrombus) yang terbentuk di dalam arteri dan menghambat aliran darah ke otak.
         Embolic stroke, terjadi bila ada sebuah bekuan darah atau sebagian dari plaque, yang terbentuk dalam pembuluh darah laindi tubuh, kemudian terpecah dan mengalir ke pembuluh darah otak.
         
 Pecahan ini yang akhirnya menyumbat sebuah arteri di dalam otak. Berikut ini kondisi pembuluh darah ke otak akibat embolic stroke.
  Lacunar Stroke, yang disebabkan adanya blokade atau sumbatan pada beberapa pembuluh darah kecil di dalam otak
  Cerebral Haemorrhage, yang terjadi bila arteri di otak pecah yang menyebabkan sel darah keluar dari pembuluh darah. Stroke jenis ini tidak ditandai dengan gejala awal (karena terjadi secara tiba-tiba). Biasanya terjadi akibat tekanan darah yang tinggi. Dapat juga terjadi karena adanya kelainan bawaan pada pembuluh darah.
Dari beberapa jenis stroke diatas, ada juga stroke yang agak ringan, yaitu:
         TIA (Transient Ischemic Attack). Ini adalah stroke yaang ringan, berupa serangan iskemik sepintas
         RIND (Reversible Ischemic Neurologic Deficit). Stroke ini adalah jenis stroke ringan berupa gangguan saraf oleh iskemik yang dapat pulih dan gejalanya dapat sembuh sempurna dalam waktu 24 jam.
         Stroke Non-Haemorrhagic (Stroke tanpa pendarahan). Jenis stroke ini merupakan stroke infark iskemik, yang terjadi karena aliran darah berkurang atau terhenti pada sebagiandaerah otak. Biasanya penderita masih sadar.
         Stroke Haemorrhagic (Strok dengan pendarahann). Stroke ini adalah jenis stroke yang terjadi pendarahan karena dinding pembuluh darah di otak robek. Biasanya kesadaran penderita menurun.
Kebutuhan otak terhadap oksigen adalah 20% dari kebutuhan seluruh tubuh, walaupun berat otak hanya 2,5% dari berat badan. Oksigen ini diperoleh dari darah sehingga otak sangat tergantung pada kelancaran darah. Bila jatah oksigen terputus 8-10 detik akan terjadi gangguan fungsi otak. Bila lebih dari 6-8 menit akan terjadi lesi/jejas atau kerusakan pada sebagian otak yang tak pulih kembali (irreversible).
 Faktor yang mempengaruhi darah di otak:
         Keadaan pembuluh darah arteri
         Keadaan darah (kekentalan, anemia)
         Keadaan jantung
Dari beberapa jenis stroke di atas, yang perlu diperhatikan adalah bahwa meski jenisnya ringan, namun hal itu bisa membahayakan jiwa penderitanya.
                                                                                                                    
d.          Faktor Risiko Stroke
Seperti Seperti yang di jelaskan di atas, stroke erat kaitannya dengan gangguan pembuluh darah. Stroke terjadi karena ada gangguan aliran darah ke bagian otak. Bila ada daerah otak yang kekurangan suplai darah secara tiba-tiba dan penderitanya mengalami gangguan persarafan sesuai daerah otak yang terkena. Bentuknya dapat berupa lumpuh sebelah (hemiplegia), berkurangnya kekuatan sebelah anggota tubuh (hemiparesis), gangguan bicara, gangguan rasa (sensasi) di kulit sebelah wajah, lengan atau tungkai.
Segala gangguan tersebut yang menjadi penyebab terjadi stroke bisa disebabkan karena berbagai hal. Berbagai hal atau keadaan yang menyebabkan atau memperparah stroke itulah yang disebut dengan Faktor Resiko Stroke. Faktor resiko stroke itu terdiri atas dua hal, yang pertama adalah faktor resiko mayor dan kedua adalah faktor resiko minor.
Faktor risiko mayor (faktor dominan) biasanya merupakan penyakit dan gangguan lain yang memang sudah bersarang di tubuh penderita stroke Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut
         Hipertensi (tekanan darah tinggi)
         Penyakit jantung
         Sudah ada manifestasi aterosklerosis secara klinis (gejala-gejala pengerasan pembuluh darah), gangguan pembuluh darah koroner, gangguan pembuluh darah karotis, klaukadasio intermiten (nyeri yang hilang timbul), denyut nadi perifer tidak ada, dan lain-lain.
         Diabetis Melitus (kencing manis)
         Polisetemia (banyak sel-sel darah)
         Pernah terserang stroke.
         Hiperlipidemia (Peninggian kadar lipid dalam darah)
         Tingginya sel darah merah
         Gangguan pembuluh darah
         Penyakit pada katup jantung atau otot jantung yang disebut endocarditis
         Mengerasnya pembuluh arteri (aterosklerosis, atau penumpukan kolesterol atau penumpukan kolesterol pada dinding arteri)
         Ketidaknormalan irama jantung seperti atrial fibrilation

       
Ada pun faktor resiko minor adalah faktor yang biasanya terjadi karena faktor gaya hidup dan pola makan penderita yang tidak memperhatikan berbagai akibat negattif dari pola dan gaya hidup tersebut. Namun selain itu, faktor budaya dan lingkungan juga menjadi faktor risiko minor ini. Faktor risiko minor itu antaralain:
         Kadar lemak darah yang tinggi
         Hematrokit tinggi
         Merokok
         Kegemukan
      Kadar asam urat tinggi
      Kurang gerak badan/olahraga
      Fibrinogen tinggi
      Penyalahgunaan obat-obatan (narkoba)
Selain risiko mayor dan minor di atas, ada juga faktor lain yang bisa mengakibatkan kemungkinan serangan stroke, misalnya penyakit sifilis, malaria otak, penyakit darah yang menyebabkan kekentalan darah meningka, dan lai-lain.
Namun, pada penemuan mutakhir, ada juga faktor risikobaru, yaitu perubahan endogen. Tingginya tingkat infeksi di Indonesia menyebabkan perubahan jaringan dalam tubuh yang bisa mendorong timbulnya stroke.
Bahkan riwayat keluarga juga berperan penting dalam menyebarkan stroke. Seperti halnya riwayat penyakit dalam keluarga yang menjadi salah satu faktor risiko untuk penyakit-penyakit tertentu seperti kencing manis, asma, hipertensi, dan sebagainya, maka stroke juga berpotensi bisa diakibatkan oleh faktor keluarga. Seorang wanita muda bila dalam keluarganya, baik orangtua maupun saudaranya ada yang menderita stroke, maka akan meningkatkan risikonya untuk mengalami stroke.
Demikian yang terlihat dari penelitian pada lebih dari 500 wanita, yang berusia antara 18 hingga 44 tahun, yang risikonya untuk menderita stroke iskemik meningkat hampir dua kali lipat dengan adanya riwayat hidup yang menderita stroke.Dengan penelitian ini terlihat bahwa riwayat stroke pada keluarga, ternyata menjadi faktor risiko penting  untuk mengalami stroke.
Stroke merupakan salah satu penyakit yang dapat terjadi dengan cepat, yang dapat berakibat pada kelumpuhan (cacat) dan bahkan kemaatian. Pencegahan merupakan cara utama dengan menekan factor – factor  resiko penyebabnya.

e.            Gejala-gejala Stroke
Sebagian kasus stroke bisa terjadi secara mendadak, sangat cepat, dan menyebabkan kerusakan jaringan otak dalm beberapa menit (completed stroke). Kemudian stroke menjadi bertambah buruk dalam beberapa jam sampai 1-2 hari akibat bertambah luasnya jaringan otak yang mati(stroke in evolution).
            Perkembangan penyakit biasanya (tetapi tidak selalu) diselingi dengan periode stabil, dimana perluasan jaringan yang mati berhenti sementara atau terjadi beberapa perbaikan. Gejala stroke yang muncul pun tergantung dari bagian otak yang terkena.
            Membaca isyarat stroke dapat dilakukan dengan mengamati bebrapa gejala stroke berikut.
         Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh.
         Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran.
         Penglihatan ganda.
         Pusing.
         Bicara tidak jelas (rero)
         Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat.
         Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh.
         Pergerakan yang tidak biasa.
         Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih
         Ketidak keseimbangan dan terjatuh.
         Pingsan.
Kelainan neurologis yang terjadi akibat serangan stroke bisa lebih berat atau lebih luas, berhubungan dengan koma atau stupor dan sifatnya menetap. Selain itu, stroke bisa menyebabkan depresi atau ketidakmamppuan untuk mengendalikan emosi.
            Stroke juga bisa menyebabkan edema atau pembengkakan otak. Hal ini berbahaya karena ruang dalam tengkorak sangat terbatas. Tekanan yang timbul bisa lebih jauh merusak jaringan otak dan memperburuk kelainan neurologis, meskipun strokenya sendiri tidak bertambah luas.
            Gejala-gejala serangan stroke pada seseorang dapat dikenali antara lain: tiba-tiba lemah (lumpuh) pada satu sisi tubuh (sisi kiri atau kanan); rasa baal dan kesemutan pada satu sisi tubuh;pandangan gelap; bila melihat ada bayangan
                                                                                                                               
(melihat dobel); tiba-tiba tidak dapat atau lancar berbicara; pelo; mulut jadi mengot (miring ke kiri atau kana); tiba-tiba perasaan mau jatuh saat akan berjalan; kadang-kadang disertai pusing terasa berputar,mual-mual dan muntah, sakit kepala, atau kesadaran tiba-tiba menurun. Gejal-gejala tersebut dapat ditemukan salah satu saja atau bisa muncul beberapa gejala sekaligus, tergantung berat dan letak dan lesi pada otak orang tersebut.
            Gejala-gejala yang disebutkan di atas bisa muncul tiba-tiba saat sedang santai (menonton atau sedang mengobrol) atau ketika melakukan aktivitas (olahraga, bekerja di kantor atau di lapangan) atau ketika bangun tidur.
Sebagai contoh: Saat bangun tidur, hendak ke kamar mandi, tiba-tiba terjatuh tanpa ada yang menghalangi atau tersandung oleh sesuatu. Bila mash sadar, sesaat kemudian sadar kalau sebelah kakinya sulit digerakkan, begitu pun sebelah lengannya pada sisi yang sama sulit diangkat. Mungkin bicaranya pelo, mulut jadi mengot, kadang-kadang muntah dan mengeluh pusing atau sakit kepala, bahkan bisa menjadi pingsan atau mengorok.
            Contoh lain misalnya sedang menonton, tiba-tiba bicara jadi berubah, jadi cedel atau pelo, kadang-kadang tungkai dan lengan satu sisi yang sama jadi lemah dan sulit digerakkan. Jadi hal ini terjadi, sebaiknya secepatnya ke pelayanan kesehatan terdekat untuk menerima pertolongan pertama, agar serangan stroke ini dapat ditangani seceaptnya dan tidak menjadi lebih buruk lagi.
Namun, gejala-gejala stroke di atas bervariasi dan itu tergantung pada bagian otak yang terserang serta beberapa luas kerusakan lainnya. Gejala awal sebelum terjadi stroke yang sebenarnya disebut Transient Ischemic Attack (TIA). TIA terjadi bila suplai darah ke otak berkurang untuk waktu yang singkat yang hanya menyebabkan kerusakan sementar. TIA kadang sering disebut ministroke karena gejalanya sama dengan stroke tetapi gejala hilang dalam beberapa menit sampai beberapa jam.
Segera hubung sarana kesehatan terdekat bila melihat atau mengalami gejala-gejala tersebut. Penanganan  yang lebih dini akan lebih efektif, karena setiap detik sangat berharga.
Banyak kondisi-kondisi lain yang menyerupai sroke, misalnya serangan jantung, kerusakan otak karena benturan di kepala serta epilepsi harus bisa membedakan.










D.    Penatalaksanaan terapi stroke
Tatalaksana terapi stroke hemoragik adalah sebagai berikut.
a.       Tujuan terapi:
         Mengatasi penyebab dari stroke hemoragik jadi terapi diberikan sesuai dengan penyebabnya
         Mengatasi perdarahan

b.      Sasaran Terapi:
         Penyebab stroke hemoragik
         Perdarahan

c.       Terapi non farmakologi:
         Kendalikan tekanan darah tinggi (hipertensi)
         Mengurangi asupan kolesterol dan lemak jenuh
         Tidak merokok
         Kontrol diabetes dan berat badan
         Olahraga teratur dan mengurangi stress
         Konsumsi makanan kaya serat
         Pembedahan: Untuk lokasi perdarahan dekat permukaan otak.

d.      Terapi farmakologi:
1)      Vitamin K
         Mekanisme kerja
Mekanisme kerja dengan meningkatkan biosintesis beberapa factor pembekuan daraj yaitu protombin, factor VII, IX, X di hepar. Aktivasi X menjadi Xa oleh factor VIIa, TF dan Ca2+ dari jalur ekstrinsic dan factor IXa, VIIIa dan Ca2+ dari jalur intrinsic. Kemudian factor Xa dibantu oleh Ca2+ dan factor Va akan mengaktifkan protombin menjadi thrombin. Trombin kemudian mengaktivasi factor XIII dan XIIIa yang akan mengkatalisis perubahan fibrinogen menjadi fibrin.
         Faktor-faktor pembekuan darah mekanisme kerja:
  aktivasi tromboplastin
  pembentukan thrombin dari protombin
  pembentukan fibrin dari fibrinogen
         Vitamin K ada 2 jenis : Menadiol Sodium Fosfat yang bersifat larut dalam air dan Fitomenadion (vitamin K1) yang larut dalam lemak.
1)      Menadiol Sodium Fosfat
         Indikasi: defisiensi vitamin K (misalnya pada sumbatan empedu atau penyakit hati)
         Kontraindikasi: neonatus, bayi, hamil tua
         Dosis: 1-12 tahun 5-10 mg per hari, 12-18 tahun 10-10 mg per hari, dewasa 10-40 mg per hari.
         Sediaan: tablet 10 mg
         Interaksi: vitamin K melawan efek antikoagulan coumarin dan fenindion
2)      Vitamin K1
         Indikasi: defisiensi vitamin K (misalnya pada sumbatan empedu atau penyakit hati)
         Kontraindikasi: neonates, bayi, hamil tua
         Dosis: 1-12 tahun 5-10 mg per hari, 12-18 tahun 10-20 mg per hari, dewasa 10-40 mg per hari.
         Sediaan: tablet 10 mg
         Interaksi : vitamin K melawan efek antikoagulan coumarin dan fenindion.

2)      Protamin
         Dosis: Injeksi intravena (kecepatan tidak lebih dari 5 mg/menit), 1 mg menetralkan 80-100 unit heparin bila diberikan dalam waktu lebih panjang, diperlukan protamin lebih sedikit karena heparin diekskresi dengan cepat; maksimal 50 mg.
         Indikasi: Digunakan untuk mengatasi over dosis heparin, namun jika digunakan berlebihan memiliki efek antikoagulan. Jika perdarahan yang terjadi saat pemberian heparin hanya ringan, protamin sulfat tidak perlu diberikan karena penghentian heparin biasanya akan menghentikan perdarahan dalam beberapa jam.
         Kontraindikasi: Hipersensitif terhadap protamin
         Efek samping: Mual, muntah, muka merah, hipontensi, bradikardi, dispnea, reaksi hipersensitif (termasuk angiodema, anafilaksis) pernah dilaporkan.
         Mekanisme kerja: Protamin sulfat merupakan basa kuat, bekerja sebagai antagonis heparin pada in vitro dan in vivo dengan cara membentuk kompleks bersama heparin yang bersifat asam kuat menjadi bentuk garam stabil. Kompleks heparin dan protamin tidak mempunyai efek antikoagulan.
         Bentuk sediaan: Injeksi intravena

3)      Asam traneksamat
         Indikasi: Asam traneksamat adalah obat antifibrinolitik yang menghambat pemutusan benang fibrin. Asam traneksamat digunakan untuk profilaksis dan pengobatan pendarahan yang disebabkan fibrinolisis yang berlebihan dan angiodema hereditas.
         Mekanisme kerja: asam traneksamat kompetitif menghambat aktivasi plasminogen sehingga mengurangi konversi plasminogen menjadi plasmin (fibrinolisin), enzim yang mendegradasi gumpalan fibrinogen dan protein plasma lainnya termasuk faktor prokoagulan V dan VIII. Oleh karena itu, dapat mengatasi perdarahan berat akibat fibrinolisis yang berlebihan.
         Dosis: Oral 1-1.5 gr (15-25 mg/kg) 2-4 kali sehari. Dosis injeksi inravena perlahan: 0.5-1 gr (10 mg/kg) 3 kali sehari. Dosis infuse kontinyu 25-50 mg per kg setiap hari.
         Efek samping: sakit dada, vasospasme, syok hemoragik, demam, sakit kepala, kedinginan, urtikaria, alopesia, disestesis pedis, purpura, eczema, nekrosis kutan, plak eritematosis, hiperkelemia, hiperlipidemia, mual, muntah, konstipasi, hemorage, ditemukan darah pada urin, epiktasis, hemoragik adrenalin, hemoragik retriperitonial, trombositopenia, peningkatan enzim SGOT,SGPT, ulserasi, nekrosis kutan yang disebabkan karena injeksi subkutan, neropati perifer, osteoporosis, konjungtivitis, hemoptisis, hemoragik pulmonary, asma arthritis, rhinitis, bronkospasme, reaksi alergi kemudian reaksi anafilaktik.
         Interaksi dengan obat lain: obat yang berfungsi untuk menjaga hemostasis tidak diberikan bersamaan dengan obat anti fibrinolitik. Pembentukan thrombus akan meningkat dengan adanya O estrogen atau mekanisme antifibrinolitik diantagonis oleh senyawa trombolitik.
         Mekanisme kerja: asam traneksamat bekerja dengan sama memblok ikatan plasminogen dan plasmin terhadap fibrin; inhibisi terhadap plasmin ini sangat terbatas pada tingkat tertentu.
         Bentuk: sediaan kapsul 250 mg, tablet 500 mg, injeksi 50 ml.

4)      Calsium Chanel Blocker: Nimodipin
         Indikasi: merupakan Ca chanel bloker dengan aktivitas serebrovaskuler preferensial. Hal ini ditandai dengan efek dilatasi dan menurunkan tekanan darah pada serebrovaskuler.
         Mekanisme kerja: nimodipin ternasuk dalam kelas agen farmakologis dikenal sebagai kalsium chanel blocker. Nimodipin diindikasikan untuk peningkatan hasil neurologis dengan mengurangi insiden dan keparahan deficit iskemik pada pasien dengan perdarhan subarachnoid dari pecahnya aneurisme. Proses kontraktil sel-sel otot polos tergantung pada ion kalsium sel selama depolarisasi sebagai penghambat arus transmembran. Nimodipin menghambat transfer ion kalsiun ke dalam sel dan demikian menghambat kontraksi otot polos vaskuler.
         Dosis: PO / nasogastrik 60 mg/4 jam selam 21 hari berturut-turut. Memulai terapi dalam waktu 96 jam perdarahan subarachnoid.

5)      Terapi suportif: infuse manitol
         Indikasi: menurunkan tekanan intrakranial yang tinggi karena edema serebral.
         Mekanisme kerja: kenaikan tekanan intrakranial dan adanya edema serebral pada hemoragik dapat terjadi karena dari efek gumpalan hematoma. Manitol bekerja untuk meningkatkan osmolaritas plasma darah, mengakibatkan peningkatan air dari jaringan, termasuk otak dan cairan serebrospinal, ke dalam cairan interstisial dan plasma. Akibatnya edema otak, peningkatan tekanan intrakranial serta volume dan cairan serebrospinal dapat dikurangi.
         Dosis,  lama dan cara pemberian: tekanan intracranial;edema serebral;1.5-2 gr/kg dosis IV dalam 15,20, atau 25% larutan selam 30-60 menit pertahankan osmolarotas serum 310 sampai >320 mOsm/kg.






PENUTUP

KESIMPULAN

Penyakit Stroke adalah penyakit pembuluh darah otak yang ditandai dengan rusaknya jaringan otak . Ada 2 macam penyakit stroke, yaitu kerusakan jaringan otak akibat penyumbatan / penyempitan ( infark ) dan akibat perdarahan pembuluh darah otak ( bleeding ). Penyakit ini ditandai dengan adanya gejala gejala menurunnya fungsi susunan saraf bisa dibagi 2 jenis yaitu Stroke iskemik ( infark ) dan Stroke hemoragik.
Dengan cara pola hidup yang sehat dapat mencegah penyakit stroke tersebut. Hidup terasa lebih nyaman dan indah dengan melakukan pencegahan terhadap penyakit stroke ini, daripada kita sudah terkena dampaknya.


















DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2000, Informatorium Obat NasionalIndonesia (IONI), Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. 
Anonim, 2004, Drug Fact and Comparison 2004, 58th edition, Fact and Comparison St. Louis Missouri, USA.
 Anonim, 2005, MIMS Annual Indonesia 2005/2006, Medimedia Asia pte, Ltd, Singapura. 
Anonim, 2006, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi 2006/2007, PT IndoMaster lisensi dari CMP Medica, Jakarta.
 Anonim, 2007, Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO), Volume 42, Ikatan Sarjana Farmasi, Jakarta. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar